Sabtu, 05 Desember 2015

   PEMBIASAN CAHAYA
 Pembelokan berkas cahaya yang merambat dari satu medium ke medium lain yang kerapatan optiknya berbeda disebut pembiasan (refraksi). Mengapa terjadi pembiasan cahaya? Pembiasan terjadi karena kerapatan optik kedua medium berbeda. Kerapatan optik udara lebih kecil dibandingkan kerapatan optic kaca. Arah pembiasan cahaya dibedakan menjadi dua macam yaitu :
·         mendekati garis normal
Cahaya dibiaskan mendekati garis normal jika cahaya merambat dari
medium optik kurang rapat ke medium optik lebih rapat, contohnya cahaya merambat dari udara ke dalam air.
·         menjauhi garis normal
Cahaya dibiaskan menjauhi garis normal jika cahaya merambat dari
medium optik lebih rapat ke medium optik kurang rapat, contohnya cahaya merambat dari dalam air ke udara.

  


Gambar 2.20. Pembiasan cahaya yang berbeda kerapatan kerapatan optiknya 
(Sumber : Giancoli, 2001: 258)

Syarat-syarat terjadinya pembiasan :
1) Cahaya melalui dua medium yang berbeda kerapatan optiknya;
2) Cahaya datang tidak tegak lurus terhadap bidang batas (sudut datang lebih kecil dari 900)
Beberapa contoh gejala pembiasan yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari diantaranya :
·         Dasar kolam terlihat lebih dangkal bila dilihat dari atas.
·         Kacamata minus (negatif) atau kacamata plus (positif) dapat membuat jelas pandangan bagi penderita rabun jauh atau rabun dekat karena adanya pembiasan.
·         Terjadinya pelangi setelah turun hujan.

Indeks Bias
Pembiasan cahaya dapat terjadi dikarenakan perbedaan laju cahaya pada
kedua medium. Laju cahaya pada medium yang rapat lebih kecil dibandingkan
dengan laju cahaya pada medium yang kurang rapat. Menurut Christian Huygens
(1629-1695) :“Perbandingan laju cahaya dalam ruang hampa dengan laju
cahaya dalam suatu zat dinamakan indeks bias.”
Secara matematis dapat dirumuskan :


dimana :
n = indeks bias
c = laju cahaya dalam ruang hampa (3 x 108 m/s)
v = laju cahaya dalam zat
(Sumber : Giancoli, 2001: 256).


Hukum pembiasan Snellius
Pada sekitar tahun 1621, ilmuwan Belanda bernama Willebrord Snell
(1591 –1626) melakukan eksperimen untuk mencari hubungan antara sudut
datang dengan sudut bias. Hasil eksperimen ini dikenal dengan nama hukum Snell
yang berbunyi :

·         Hukum I Snellius: Sinar datang, sinar bias, dan garis normal terletak pada satu bidang datar (gambar 1).



·         Hukum II Snellius: Jika sinar datang dari medium kurang rapat ke medium lebih rapat (misalnya dari udara ke air atau dari udara ke kaca), maka sinar dibelokkan mendekati garis normal (gambar a); jika sebaliknya, sinar datang dari medium lebih rapat ke medium kurang rapat (misalnya dari air ke udara), maka sinar dibelokkan menjauhi garis normal (gambar 2).



B.     PEMBIASAN PADA KACA PLANPARALEL


Gambar 2.21. Diagram jalannya sinar pada peristiwa pembiasan cahaya pada kaca plan parallel
Bidang batas I = bidang yang membatasi udara dan kaca
-       Bidang batas II = bidang yang membatasi kaca dan udara
-       AO = sinar datang bagi bidang batas I
-       OP = sinar bias bagi bidang batas I dan sinar datang bagi bidang batas II
-       PB = sinar bias bagi bidang batas II
-       N = garis normal (garis yang tegak lurus dengan bidang batas).

Sinar yang datang dari udara ke kaca dibiaskan mendekati garis normal
(renggang ke rapat berarti merapat atau mendekat). Sinar yang datang dari kaca ke
udara dibiaskan menjauhi garis normal (rapat ke regang berarti merging atau
menjauh).

            Berkas sinar masuk dari salah satu sisi balok kaca dengan sudut datang i
dan lalu mengalami pembiasan dua kali. Pertama saat melewati bidang batas
antara udara dan balok kaca, berkas sinar dibiaskan dengan sudut bias r. Kedua,
saat melewati bidang batas antara balok kaca dan udara, berkas sinar datang ke
bidang batas dengan sudut datang i' dan sudut bias r'. Tampak pada Gambar, besar
sudut bias pertama sama dengan sudut datang kedua atau r = i'. Tampak pula
berkas sinar yang masuk ke balok bergeser ke arah kiri bawah saat keluar dari
balok kaca, namun keduanya tampak sejajar.

C.    PEMBIASAN PADA PRISMA
Prisma merupakan benda bening (transparan) yang terbuat dari bahan
gelas yang dibatasi oleh dua bidang permukaan yang membentuk sudut tertentu.
Kedua bidang permukaan disebut bidang pembias dan sudut yang dibentuknya
disebut sudut pembias. Skema pembiasan cahaya pada prisma seperti tampak pada
gambar berikut.


Gambar 2.22. Diagram pembiasan cahaya pada prisma
Sinar datang EF yang mengenai bidang batas pertama dibiaskan mendekati
garis normal N1. Sinar bias FG ini berfungsi sebagai sinar datang bagi bidang
batas kedua sehingga setelah keluar dari prisma, sinar itu dibiaskan menjauhi garis
normal N2. Perpanjangan sinar datang EF dan perpanjangan sinar bias yang keluar dari prisma GH membentuk sudut deviasi D. Sudut deviasi adalah sudut yang dibentuk oleh perpanjangan sinar datang dan sinar bias yang keluar dari prisma.

D.    PEMBIASAN PADA LENSA
Lensa merupakan benda bening yang dibatasi oleh dua permukaan atau
lebih dengan paling tidak salah satu permukaannya merupakan bidang lengkung.
Lensa tipis adalah lensa yang ketebalannya dapat diabaikan. Lensa terdiri dari 2
jenis, yaitu lensa cembung (konveks) dan lensa cekung (konkaf). Lensa cembung
memiliki bagian tengah yang lebih tebal daripada bagian tepinya. Sedangkan lensa cekung memiliki bagian tengah yang lebih tipis daripada bagian tepinya.

Ø  Lensa Cembung
Lensa cembung adalah lensa yang bagian tengahnya lebih tebal dari bagian tepinya. Lensa cembung terdiri dari 3 macam yaitu :
1)      Lensa bikonveks (cembung ganda) yaitu lensa kedua permukaannya cembung.
2) Lensa konkaf konveks (meniskus cembung/cembung cekung) yaitu lensa yang permukaannya satu cembung yang lainnya cekung.
3) Lensa plankonveks (cembung datar) yaitu lensa yang permukaannya satu cembung dan yang lain datar.


E.     PEMBENTUKAN BAYANGAN PADA LENSA CEMBUNG
Seperti pada cermin lengkung, pada lensa dikenal pula tiga berkas sinar
istimewa. Pada lensa positif tiga sinar istimewa tersebut adalah:
1. Sinar datang sejajar sumbu utama akan dibiaskan melalui fokus utama.
2. Sinar datang melalui fokus utama dibiaskan sejajar sumbu utama.
3. Sinar datang melalui pusat optik akan diteruskan tanpa dibiaskan.



Berkas sinar-sinar istimewa di atas dibutuhkan saat hendak menentukan
bayangan suatu benda yang dibentuk oleh lensa dengan cara melukis seperti
dijelaskan berikut ini :
Posisi benda di sebelah kiri 2F2, s > 2F2


Gambar 2.25. Pembentukan bayangan oleh lensa positif untuk benda yang
diletakkan pada jarak yang lebih jauh dari titik 2F2.

Dari gambar diatas, untuk benda nyata yang diletak didepan lensa, maka
bayangan yang terbentuk bersifat terbalik, nyata, diperkecil.

Melukis Pembentukan Bayangan pada Lensa




Ø  Persamaan Lensa
1)      Jarak Fokus

 
Dimana :
f = jarak fokus cermin (m) = R/2
s = jarak benda (m)
s’ = jarak bayangan (m)
R = jari-jari kelengkungan cermin
(Sumber :Halliday, Resnick dan Walker, 2001:1146).

a)      Untuk lensa cembung jarak fokus positif (f) disebut juga lensa konvergen (mengumpulkan cahaya).
b)      Untuk lensa cekung jarak fokusnya negatif (-f) disebut juga lensa divergen (menyebarkan cahaya).

2)      Perbesaran Bayangan



Dimana :
s = jarak benda
s' = jarak bayangan
h = tinggi benda
h' = tinggi bayangan

3)      Kekuatan Lensa

Walaupun titik fokus merupakan titik terpenting pada lensa, ukuran lensa tidak dinyatakan dalam jarak fokus f, melainkan oleh suatu besaran lain. Besaran yang menyatakan ukuran lensa dinamakan kuat lensa (diberi lambang P) yang didefinisikan sebagai kebalikan dari fokus f. Secara matematis dapat ditulis sebagai 
P=100/f
Dimana : P = kekuatan lensa (dioptri)
f = jarak fokus lensa (dalam cm)
(Sumber: Halliday, Resnick dan Walker, 2001:1170).

Jarak fokus lensa cembung bernilai positif (+) sehingga kuat lensa cembung bernilai positif (+). Sebaliknya, jarak fokus lensa cekung bernilai negatif (-), maka kuat lensa cekung bernilai negatif (-). Jadi, kuat lensa menggambarkan kemampuan lensa untuk membelokkan sinar. Untuk lensa cembung, makin kuat lensanya, makin kuat lensa itu mengumpulkan sinar. Sebaliknya, untuk lensa cekung, makin kuat lensanya, makin kuat lensa itu menyebarkan sinar.

Pembentukan Banyangan Benda di Ruang I
Jika benda ada di ruang I atau berada diantara pusat optik dengan titik fokus F2 pada lensa cembung, maka pembentukan banyangannya seperti gambar di bawah ini.
  
Karena hasil bayangan merupakan perpotongan dari perpanjangan sinar bias maka sifat bayangannya yakni maya, tegak dan diperbesar serta berada di ruang IV.
Pembentukan Banyangan Benda Di Titik Fokus F2
Jika benda ada tepat di titik fokus F2 pada lensa cembung, maka pembentukan banyangannya seperti gambar di bawah ini.



Pembentukan Banyangan Benda Di Ruang II
Jika benda ada di ruang II atau berada diantara F2 dengan 2F2 pada lensa cembung, maka pembentukan banyangannya seperti gambar di bawah ini.



Dari gambar di atas terlihat bahwa jika benda berada di ruang II maka bayangan benda akan terbentuk di ruang IV dengan sifat-sifat bayangan yakni nyata, terbalik, dan diperbesar.

Pembentukan Banyangan Benda Di 2F2
Jika benda tepat berada di titik 2F2 pada lensa cembung, maka bentukan banyangannya seperti gambar di bawah ini.



Dari gambar di atas terlihat bahwa jika benda tepat berada di titik 2F2 maka bayangan benda akan terbentuk akan tepat berada di 2F1 dengan sifat-sifat bayangan yakni nyata, terbalik, dan sama besar.

Pembentukan Banyangan Benda Di Ruang III
Jika benda berada di ruang III pada lensa cembung, maka bentukan banyangannya seperti gambar di bawah ini.



Dari gambar di atas terlihat bahwa jika benda berada di ruang III maka bayangan benda akan terbentuk di ruang II dengan sifat-sifat bayangan yakni nyata, terbalik, dan diperkecil.

Dari pemaparan di atas maka kita dapat lihat bahwa jika benda berada di ruang I maka bayangannya berada di ruang IV, jika benda berada diruang II maka bayangannya akan berada di ruang III, begitu juga jika benda berada di ruang III maka bayangannya berada di ruang II. Berdasarkan hal tersebut untuk ruang benda dan ruang bayangan dapat dirumuskan sebagai berikut:
                                           Ruang Benda + Ruang Bayangan = 5
 

DAFTAR PUSTAKA
Suwarna, Iwan Permana ,Khalimatusa’diah(ed) 2010 optik,Bogor :CV.Duta GrafikaGiancoli

Halliday, D., and R. Resnick. (1996). Fisika (terj. P. Silaban dan E.Sucipto), Jakarta: Erlangga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar