Setelah membaca dan mempelajari mata kuliah psikologi pendidikan blog ini
dibuat dengan tujuan:
1.
Dapat
mengamalkan ilmu yang telah di pelajari
selama belajar psikologi pendidikan.
2.
Mengetahui
bagaimana teori belajar dalam
pembelajaran.
3.
Dapat
mengaplikasikan teori belajar dalam proses pembelajaran dan
pengajaran.
4.
Dikaitkan dengan pembelajaran fisika pelajar dapat
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.
5.
Dapat
membantu menambah wawasan untuk teman-teman yang membacanya.
6.
Semoga
blog ini bermanfaat.
Perkembangan kognitif
Istilah
Cognitive berasal dari kata cognition, yang berarti knowing atau mengetahui,
yang dalam arti luas berarti perolehan, penataan dan penggunaan pengetahuan.
(Muhibbib syah : 2011 )
Secara sederhana dapat dipahami
bahwa kemampuan kognitif adalah kemampuan yang dimiliki anak untuk berfikir
lebih kompleks, serta kemampuan penalaran dan pemecahan masalah.
Sumber: www.blogteori.com
A.
Teori
Belajar Cognitive Development Piaget
Dalam teori ini, Piaget memandang bahwa proses
berfikir merupakan aktivitas gradual dari fungsi intelektual, yaitu dari
berfikir kongkrit menuju abstrak. Berarti perkembangan kapasitas mental
memberikan kemampuan baru yang sebelumnya tidak ada.
Perkembangan intelektual adalah kualitatif, bukan
kuantitatif. Itelegensi itu terdiri atas tiga aspek, yaitu :
1. Struktur
atau scheme ialah pola tingkah laku yang dapat diulang.
2. Isi
atau konten ialah pola tingkah laku spesifik, ketika seseorang menghadapi suatu
masalah.
3. Fungsi
atau fungtion adalah yang berhubungan dengan cara seseorang mencapai
kemajuan intelektual. Fungtion terdiri atas dua macam fungsi infarian yaitu
organisasi dan adabtasi.
Sumber:
webspace.ship.edu
Organisasi berupa kecakapan seseorang dalam menyusun
proses fisik dan psikis dalam bentuk system yang koheren, sedangkan adaptasi
adalah kemampuan seseorang dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Adaptasi
terdiri atas dua macam proses komplementer, yaitu asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi adalah proses penggunaan struktur atau kemampuan individu untuk
menghadapi masalah dalam lingkungannya. Sedangkan akomodasi adalah proses
perubahan respon individu terhadap stimulasi.
Jadi, perkembangan kognitif tergantung pada
akomodasi. Oleh karena itu siswa harus diberikan suatu areal yang belum
diketahui, agar dia dapat belajar. Dengan adanya area baru ini siswa akan
mengadakan usaha-usaha untuk dapat pengakomodasi. Situasi atau area itulah yang
akan mempermudah perkembangan kognitif.( Prof. Dr. H. Djaali :2006)
Tahap-tahap perkembangan kognitif menurut piaget meliputi:
Sumber:epltt.coe.uga.edu
1.
Tahap Sensorimotor (0-2 tahun)
Bayi
mengorganisasikan skema tindakan fisik mereka seperti menghisap, menggenggam,
dan memukul untuk menghadapi dunia yang dihadapi di depannya.Tahap pertama ini
memiliki karakteristik ketiadaan bahasa, Interaksi dengan lingkungan bersifat
sensorimotor dan mempermasalahkan keadaan disini dan sekarang, Anak-anak pada
tahap ini bersifat egosentris, segala sesuatu dilihat berdasarkan kerangka
referensi dirinya sendiri, dan dunia psikologis mereka adalah satu-satunya
dunia yang ada.
2.
Tahap
Praoperasional (2-7 tahun)
Anak-anak
belajar berfikir menggunakan simbol-simbol, dan pencitraan batiniah. namun
pikiran mereka masih tidak sistematis dan tidak logis. pikiran di titik ini
sangat berbeda dengan pikiran orang dewasa. Tahap praoperasional dapat dibagi
dalam dua subtahap : subtahap fungsi simbolis dan subtahap pemikiran intuitif.
3.
Tahap
Operasional Konkret (7-11 tahun)
Anak-anak
mengembangkan kemampuan berfikir sistematis, namun hanya ketika mereka dapat
mengacu kepada objek-objek atau aktivitas konkret. Tahap ini anak mengembangkan
kemampuan untuk konservasi.
4.
Tahap
Operasional Formal (11- Dewasa tahun)
Orang
muda mengembangkan kemampuan untuk berfikir sistematis menurut rancangan yang
murni abstrak dan hipotesis. Pada tahap ini anak-anak sudah dapat menghadapi
situasi hipotetikal dan proses berpikir mereka tidak lagi tergantung pada
hal-hal yang langsung dan riil. Pemikiran anak sudah semakin logis dan canggih,
sehingga mereka dapat belajar menangani problem-problem yang ada.
Sumber:diyahlaily.wordpress.com
B.
Teori
Belajar Cognitive Field Lewin
Teori belajar cignitive field lewin menitik
beratkan perhatian pada kepribadian dan psikologi sosial karena pada hakikatnya
masing-masing individu berada di dalam suatu medan kekuatan, yang bersifat
psikologi. Medan
kekuatan psikologis dimana individu bereaksi disebut live
space. Live space mencakup perwujudan lingkungan dimana individu bereaksi,
misalnya orang yang dijumpai, fungsi kejiwaan yang dimiliki dan objek material
yang dihadapi.
Jadi, tingkah laku merupakan hasil interaksi antar
kekuatan, baik yang berasal dari dalam diri individu, seperti tujuan,
kebutuhan, tekanan kejiwaan, maupun yang berasal dari luar diri individu,
seperti tantangan dan permasalahan yang dihadapi. Menurut teori ini, belajar
itu berlangsung sebagai akibat dari perubahan dalam struktur kognitif.
en.wikipedia.org
en.wikipedia.org
Perubahan struktur kognitif itu adalah hasil
pertemuan dari dua kekuatan, yaitu yang berasal dari struktur medan kognitif itu sendiri dan yang lainnya
berasal dari kebutuhan dan motivasi internal individu. Dengan demikian, peranan
motivasi jauh lebih penting dari pada reward atau hadiah. .( Prof. Dr. H.
Djaali :2006)
Sumber:2012books.lardbucket.org
C.
Discovery
Learning Bruner
Yang menjadikan dasar ide J. Burner ialah pendapat
dari piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperanan secara aktif didalam
belajar dikelas. Untuk itu bruner memakai cara dengan apa yang disebut Discovery Learning, yaitu dimana murid
mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir prosedur ini
berbeda dengan Reseption Learniang
atau Expository Teaching, dimana guru
menerangkan semua informasi dan murid harus mempelajari semua bahan atau
informasi itu.
Sumber: brunerwiki.wikispaces.com
The art of discovery
dari bruner:
1. Adanya suatu kenaikan berkala di
dalam potensi intelektual.
2. Ganjaran intrinsik lebih ditekankan
daripada intrinsik.
3. Murid yang mempelajari bagaimana
menemukan berarti murid itu menguasai metode discovery learning.
4. Murid lebilh senang mengingat-ingat
informasi .
Sumber:team2developmental.wordpress.com
D.
Konstruktivisme
Kontruktivisme merupakan aliran
filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil
konstruksi kita sendiri.Konstruktivisme sebagai aliran filsafat, banyak
mempengaruhi konsep ilmu pengetahuan, teori belajar dan pembelajaran. Konstruktivisme
menawarkan paradigma baru dalam dunia pembelajaran. Sebagai landasan paradigma
pembelajaaran, konstruktivisme menyerukan perlunya partisipasi aktif siswa
dalam proses pembelajaran, perlunya pengembagan siswa belajar mandiri, dan
perlunya siswa memiliki kemampun untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri.
Siswa tidak lagi diposisikan
bagaikan bejana kosong yang siap diisi.Dengan sikap pasrah siswa disiapkan
untuk dijejali informasi oleh gurunya.Atau siswa dikondisikan sedemikian rupa
untuk menerima pengatahuan dari gurunya.Siswa kini diposisikan sebagai mitra
belajar guru. Guru bukan satu-satunya pusat informasi dan yang paling tahu.
Guru hanya salah satu sumber belajar atau sumber informasi. Sedangkan sumber
belajar yang lain bisa teman sebaya, perpustakaan, alam, laboratorium,
televisi, koran dan internet.
Bagi aliran konstruktivisme, guru
tidak lagi menduduki tempat sebagai pemberi ilmu.Tidak lagi sebagai
satu-satunya sumber belajar.Namun guru lebih diposisikan sebagai fasiltator
yang memfasilitasi siswa untuk dapat belajar dan mengkonstruksi pengetahuannya
sendiri (Hudojo, 1998:5-6).Aliran ini lebih menekankan bagaimana siswa belajar
bukan bagaimana guru mengajar.
Dalam perkuliahan teori ini sudah
diterapkan, yaitu ketika mahasiswa melakukan praktikum. Mahasiswa diharuskan
mencari sumber acuan yang akan di praktikumkan. Konstruktivisme menyerukan perlunya
partisipasi aktif dalam proses pembelajaran, perlunya pengembagan belajar
mandiri, dan perlu memiliki kemampun untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri.
Mahasiswa di tuntut untuk belajar sebelum praktikum di mulai, karena bila
terjadi kesalahan pada praktikum yang dilakukan akibatnya akan fatal. Praktikan
harus mengerti dan paham teori yang nanti akan dipraktikumkan.
sumber: www.celt.mmu.ac.uk
sumber: www.celt.mmu.ac.uk
Implikasi teori belajar dalam
proses pembelajaran dan pengajaran
Dari aliran psikologi kognitif, teori Piaget tampak
lebih banyak digunakan dalam praktik pendidikan atau proses pembelajar meskipun
teori ini bukanlah teori mengajar. Dalam teori Piaget peserta didik harus di
bimbing agar aktif menemukan sesuatu yang dipelajarinya, tidak harus berpusat
pada guru. Diusahakan agar materi yang diajarkan harus dapat menarik minat anak
dan menantang sehingga mereka merasa senang dan akhirnya terlibat dalam proses
pembelajaran.Dalam teorinya, Piaget mengemukakan bahwa kemampuan berfikir anak
dengan orang dewasa itu berbeda. Artinya urutan bahan pembelajaran harus
menjadi perhatian utama. Anak akan sulit memahami bahan pelajaran jika urutan
bahan pelajaran itu loncat-loncat. Bagi anak SD pengoperasian suatu penjumlahan
harus menggunakan benda-benda nyata, terutama di kelas-kelas awal karena tahap
perkembangan berpikir mereka baru mencapai tahap operasi konkret.
Contohnya,untuk menjelaskan operasi penjumlahan 4+2 lebih baik guru
memperagakannya dengan memperlihatkan 4 benda dan 2 benda. “Empat buah jeruk
ini ditambah dengan dua buah jeruk yang itu, berapa jumlahnya anak-anak?”
Dalam proses pembelajaran guru/pendidik harus memperhatikan tahapanperkembangan kognitif peserta didik. Materi harus sesuai dengan tahapanperkembangan kognitif dan harus merangsang kemampuan berpikir mereka.Tahap kemampuan berpikir sensori motorik mengimplikasikan bahwa bagi prosesbelajar harus mencapai kerangka dasar kemampuan berbahasa, hubungan tentang objek, kontrol skema, kerangka berpikir, pembentukan pengertian, dan pengenalan hubungan sebab akibat.Ini berarti bahwa orang tua atau lingkungan harus dapat memberikan rangsangan yang banyak terhadap bayi. Rangsangan tersebut dapat dilakukan dengan cara selalu mengajak bicara pada bayi, membawa jalan-jalan kepada bayi untuk mengenalkan objek yang ada disekelilingnya,memberi keleluasaan gerak, dan memangku bayi dengan posisi kepala selalumenghadap depan. Tahap kemampuan berpikir pra-operasional ditandai dengan berpikir anak yang bersifat egosentrik-simbolik. Implikasi dalam proses belajarnya ialah belajar harus berpusat pada anak karena anak melihat sesuatu berdasarkan dirinya sendiri.Untuk terjadinya proses belajar harus tidak ada proses paksaan agar sifategosentrisnya tidak terbunuh. Oleh karena itu, metode pembelajaran yang paling tepat ialah metode bermain. Metode ini selain tidak mengubur sifat egosentrisanak juga merupakan dunia anak, buktinya anak senang bermain dan ia akrab dengan bermain. Begitu pun penggunaan benda-benda konkret sebagai simbol harus digunakan dalam merangsang pemikiran anak ketika proses belajar berlangsung.
Dalam proses pembelajaran guru/pendidik harus memperhatikan tahapanperkembangan kognitif peserta didik. Materi harus sesuai dengan tahapanperkembangan kognitif dan harus merangsang kemampuan berpikir mereka.Tahap kemampuan berpikir sensori motorik mengimplikasikan bahwa bagi prosesbelajar harus mencapai kerangka dasar kemampuan berbahasa, hubungan tentang objek, kontrol skema, kerangka berpikir, pembentukan pengertian, dan pengenalan hubungan sebab akibat.Ini berarti bahwa orang tua atau lingkungan harus dapat memberikan rangsangan yang banyak terhadap bayi. Rangsangan tersebut dapat dilakukan dengan cara selalu mengajak bicara pada bayi, membawa jalan-jalan kepada bayi untuk mengenalkan objek yang ada disekelilingnya,memberi keleluasaan gerak, dan memangku bayi dengan posisi kepala selalumenghadap depan. Tahap kemampuan berpikir pra-operasional ditandai dengan berpikir anak yang bersifat egosentrik-simbolik. Implikasi dalam proses belajarnya ialah belajar harus berpusat pada anak karena anak melihat sesuatu berdasarkan dirinya sendiri.Untuk terjadinya proses belajar harus tidak ada proses paksaan agar sifategosentrisnya tidak terbunuh. Oleh karena itu, metode pembelajaran yang paling tepat ialah metode bermain. Metode ini selain tidak mengubur sifat egosentrisanak juga merupakan dunia anak, buktinya anak senang bermain dan ia akrab dengan bermain. Begitu pun penggunaan benda-benda konkret sebagai simbol harus digunakan dalam merangsang pemikiran anak ketika proses belajar berlangsung.
Surat Al-a’alq ayat
1-5:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ {1} خَلَقَ الإِنسَانَ
مِنْ عَلَقٍ {2} اقْرَأْ وَرَبُّكَ اْلأَكْرَمُ {3} الَّذِي عَلَّمَ ابِالْقَلَمِ
{4} عَلَّمَ اْلإِنسَانَ مَالَمْ يَعْلَمْ {5}
Artinya :”Bacalah
dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah, Bacalah, dan tuhanmu lah yang paling pemurah, yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.Dia mengajar kepada manusia apa yang
tidak diketahui.
Dan menurut Hadis Rasulullah SAW:
Telah bersabda
Rasulullah saw : “Jadilah engkau orang yang berilmu (pandai), atau orangyang
belajar, atau orang yang mau mendengarkan ilmu, atau orang yang menyukai ilmu.
Dan janganlah engkau menjadi orang yang kelima maka kamu akan celaka (H.R.
Baehaqi).
Kandungan
hadits Rasulullah di atas agar umat Islam (kaum muslimin) maumenjadi orang yang
:
1. Berilmu
(pandai), sehingga dengan ilmu yang dimiliki seorang muslim bisa mengajarkan
ilmu yang dimilikinya kepada orang-orang yang ada disekitarnya. Dan dengan
demikian kebodohan yang ada dilingkungannya bisa terkikis habis dan berubah
menjadi masyarakat yang beradab dan memiliki wawasan yang luas.
2. Jika
tidak bisa menjadi orang pandai yang mengajarkan ilmunya kepada umat manusia,
jadilah sebagai orang yang mau belajar dari lingkungan sekitar dan dari
orang-orang pandai
3. Jika
tidak bisa menjadi orang yang belajar, jadilah sebagai orang yang mau
mendengarkan ilmu pengetahuan. Setidaknya jika kita mau mendengarkan ilmu
pengetahun kita bisa mengambil hikmah dari apa yang kita dengar.
4. Jika
menjadi pendengar juga masih tidak bisa, maka jadilah sebagai orang yang
menyukai ilmu pengetahun, diantaranya dengan cara membantu dan memuliaka
orang-orang yang berilmu, memfasilitasi aktivitas keilmuan seperti menyediakan
tempat untuk pelaksanaan pengajian dan lain-lain.
5. Janganlah
menjadi orang yang kelima, yaitu yang tidak berilmu, tidak belajar, tidak mau
mendengar, dan tidak menyukai ilmu. Jika diantara kita memilih yang kelima ini
akan menjadi orang yang celaka.
Surat Thoha ayat 114:
وَقُل رَّبِّ زِدْنِي
عِلْمً ا
Artinya :”Dan
katakanlah (olehmu muhammad),”ya tuhanku, tambahkan kepadaku ilmu pengetahuan.”
Setelah membaca teori ini bila dihubungkan dengan pembelajaran fisika, teori ini bisa diterapkan pada RPP sebagai berikut:
Setelah membaca teori ini bila dihubungkan dengan pembelajaran fisika, teori ini bisa diterapkan pada RPP sebagai berikut:
(RPP)
Nama : Imam
Prayoga
Umur: 16 tahun
Kelas : X/10
Nama sekolah: SMA
70
Mata pelajaran
: Fisika
Alokasi waktu :
1 Jam 30 menit
Standar
Kompetensi
1.
Menerapkan
konsep pengukuran Arus dan Tegangan dalam Fisika.
Kompetensi Dasar
1.1 Menganalisis besaran
Fisika pada Hukum Ohm dan kirchoff.
Indikator
pencapaian kompetensi
·
Membedakan
besaran-besaran fisika terhadap Arus, Tegangan, dan Hambatan.
·
Menunjukan
arah loop sesuai dengan hukum II Kirchoff.
·
Menunjukan
arah arus menggunakan kaidah tangan kanan.
A.
Tujuan pembelajaran
Psikomotorik
peserta didik dapat:
1.
(P5)
Mempersiapkan materi yang akan dipelajari mengenai Hukum Ohm dan Kirchoff.
Alasan: Agar siswa terbiasa mandiri mencari bahan materi yang akan
dipelajari.
2.
(P2)
Mengawali pelajaran dengan Doa
Alasan: Agar ilmu yang telah dipelajari bermanfaat untuk dirinya
dan orang lain.
3.
(P3)
Menanggapi materi yang disampaikan mengenai pengukuran Arus dan Tegangan.
Alasan: Supaya mengetahui sampai mana pemahaman siswa mengenai
materi yang diajarkan.
4.
(P3)
Mempraktekan kaidah tangan kanan dalam pengukuran Arus.
Alasan: bisa menentukan arah arus menggunakan kaidah tangan kanan.
5.
(P7)
Menyusun rumus-rumus fisika mengenai arus dan tegangan dalam bentuk gambar dan
warna.
Alasan: lebih kreatif dan membuat belajar fisika menjadi unik..
Kognitif peserta didik dapat:
1.
(C1)
memberikan definisi tentang Arus, Tegangan dan Hambatan.
Alasan: Agar siswa dapat memahami Arti kata dalam pelajaran Fisika.
2.
(C3)
menunjukan arah loop sesuai dengan hukum II kirchoff.
Alasan: agar dapat memperhitungkan teori tentang hukum II kirchoff.
3.
(C3)
menunjukan arah arus menggunakan kaidah tangan kanan.
Alasan: agar siswa memahami materi tentang arus dalam pelajaran
fisika.
4.
(C2)
menerangkan kembali tentang hukum Ohm dan Kirchoff.
Alasan: mengetahui seberapa jauh pemahaman tentang materi yang
diajarkan.
5.
(C5)
Merangkaikan hambatan secara seri dan parallel dalam praktikum.
Alasan: Agar dapat mengaplikasikan teori yang telah di pelajari
dengan prakteknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar