Senin, 02 Juni 2014



Setelah membaca dan mempelajari  mata kuliah psikologi pendidikan blog ini dibuat dengan tujuan:

1.      Dapat mengamalkan ilmu yang telah di pelajari  selama belajar psikologi pendidikan.
2.      Mengetahui bagaimana teori belajar  dalam pembelajaran.
3.      Dapat mengaplikasikan teori belajar dalam proses pembelajaran dan pengajaran.
4.      Dikaitkan dengan pembelajaran fisika pelajar dapat mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.
5.      Dapat membantu menambah wawasan untuk teman-teman yang membacanya.
6.      Semoga blog ini bermanfaat.

Perkembangan kognitif

                Istilah Cognitive berasal dari kata cognition, yang berarti knowing atau mengetahui, yang dalam arti luas berarti perolehan, penataan dan penggunaan pengetahuan. (Muhibbib syah : 2011 )
Secara sederhana dapat dipahami bahwa kemampuan kognitif adalah kemampuan yang dimiliki anak untuk berfikir lebih kompleks, serta kemampuan penalaran dan pemecahan masalah.

                                                          Sumber: www.blogteori.com

A.    Teori Belajar Cognitive Development Piaget
Dalam teori ini, Piaget memandang bahwa proses berfikir merupakan aktivitas gradual dari fungsi intelektual, yaitu dari berfikir kongkrit menuju abstrak. Berarti perkembangan kapasitas mental memberikan kemampuan baru yang sebelumnya tidak ada.
Perkembangan intelektual adalah kualitatif, bukan kuantitatif. Itelegensi itu terdiri atas tiga aspek, yaitu :
1.      Struktur atau scheme ialah pola tingkah laku yang dapat diulang.
2.      Isi atau konten ialah pola tingkah laku spesifik, ketika seseorang menghadapi suatu masalah.
3.      Fungsi atau fungtion adalah yang berhubungan dengan cara seseorang mencapai kemajuan intelektual. Fungtion terdiri atas dua macam fungsi infarian yaitu organisasi dan adabtasi.

                                           Sumber: webspace.ship.edu

Organisasi berupa kecakapan seseorang dalam menyusun proses fisik dan psikis dalam bentuk system yang koheren, sedangkan adaptasi adalah kemampuan seseorang dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan. Adaptasi terdiri atas dua macam proses komplementer, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses penggunaan struktur atau kemampuan individu untuk menghadapi masalah dalam lingkungannya. Sedangkan akomodasi adalah proses perubahan respon individu terhadap stimulasi.
Jadi, perkembangan kognitif tergantung pada akomodasi. Oleh karena itu siswa harus diberikan suatu areal yang belum diketahui, agar dia dapat belajar. Dengan adanya area baru ini siswa akan mengadakan usaha-usaha untuk dapat pengakomodasi. Situasi atau area itulah yang akan mempermudah perkembangan kognitif.( Prof. Dr. H. Djaali :2006)
Tahap-tahap perkembangan kognitif menurut piaget meliputi:

                                                    Sumber:epltt.coe.uga.edu


1.      Tahap Sensorimotor (0-2 tahun)
Bayi mengorganisasikan skema tindakan fisik mereka seperti menghisap, menggenggam, dan memukul untuk menghadapi dunia yang dihadapi di depannya.Tahap pertama ini memiliki karakteristik ketiadaan bahasa, Interaksi dengan lingkungan bersifat sensorimotor dan mempermasalahkan keadaan disini dan sekarang, Anak-anak pada tahap ini bersifat egosentris, segala sesuatu dilihat berdasarkan kerangka referensi dirinya sendiri, dan dunia psikologis mereka adalah satu-satunya dunia yang ada.

2.      Tahap Praoperasional (2-7 tahun)
Anak-anak belajar berfikir menggunakan simbol-simbol, dan pencitraan batiniah. namun pikiran mereka masih tidak sistematis dan tidak logis. pikiran di titik ini sangat berbeda dengan pikiran orang dewasa. Tahap praoperasional dapat dibagi dalam dua subtahap : subtahap fungsi simbolis dan subtahap pemikiran intuitif.

3.      Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun)
Anak-anak mengembangkan kemampuan berfikir sistematis, namun hanya ketika mereka dapat mengacu kepada objek-objek atau aktivitas konkret. Tahap ini anak mengembangkan kemampuan untuk konservasi.

4.      Tahap Operasional Formal (11- Dewasa tahun)
Orang muda mengembangkan kemampuan untuk berfikir sistematis menurut rancangan yang murni abstrak dan hipotesis. Pada tahap ini anak-anak sudah dapat menghadapi situasi hipotetikal dan proses berpikir mereka tidak lagi tergantung pada hal-hal yang langsung dan riil. Pemikiran anak sudah semakin logis dan canggih, sehingga mereka dapat belajar menangani problem-problem yang ada.

                                            Sumber:diyahlaily.wordpress.com

B.     Teori Belajar Cognitive Field Lewin
Teori belajar cignitive field lewin menitik beratkan perhatian pada kepribadian dan psikologi sosial karena pada hakikatnya masing-masing individu berada di dalam suatu medan kekuatan, yang bersifat psikologi. Medan kekuatan psikologis dimana individu bereaksi disebut live space. Live space mencakup perwujudan lingkungan dimana individu bereaksi, misalnya orang yang dijumpai, fungsi kejiwaan yang dimiliki dan objek material yang dihadapi.
Jadi, tingkah laku merupakan hasil interaksi antar kekuatan, baik yang berasal dari dalam diri individu, seperti tujuan, kebutuhan, tekanan kejiwaan, maupun yang berasal dari luar diri individu, seperti tantangan dan permasalahan yang dihadapi. Menurut teori ini, belajar itu berlangsung sebagai akibat dari perubahan dalam struktur kognitif.

                                                              en.wikipedia.org
Perubahan struktur kognitif itu adalah hasil pertemuan dari dua kekuatan, yaitu yang berasal dari struktur  medan kognitif itu sendiri dan yang lainnya berasal dari kebutuhan dan motivasi internal individu. Dengan demikian, peranan motivasi jauh lebih penting dari pada reward atau hadiah. .( Prof. Dr. H. Djaali :2006)
  


                                            Sumber:2012books.lardbucket.org

C.    Discovery Learning Bruner
Jerome bruner adalah seorang psikolog berkebangsaan amerika serikat dia banyak memberikan kontribusi pemikirannya pada perkembangan psikologi kognitif.Menurut bruner dalam buku sugihartono dkk.( 2007: 111 ), belajar merupakan proses yang bersifat aktif. Artinya, cara terbaik bagi seseorang untuk memulai belajar konsep dan prinsip- prinsip tertentu adalah dengan mengonstruksi sendiri konsep dan prinsip yang dipelajari, yaitu dengan cara siswa berinteraksi secara langsung dengan lingkungannya untuk melakukan eksplorasi, manipulasi, membuat pertanyaan, dan melakukan eksperimen terhadap objek yang dipelajari. Hal ini perlu dibiasakan sejak individu atau siswa masih kecil.
Yang menjadikan dasar ide J. Burner ialah pendapat dari piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperanan secara aktif didalam belajar dikelas. Untuk itu bruner memakai cara dengan apa yang disebut Discovery Learning, yaitu dimana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir prosedur ini berbeda dengan Reseption Learniang atau Expository Teaching, dimana guru menerangkan semua informasi dan murid harus mempelajari semua bahan atau informasi itu.

                                               Sumber: brunerwiki.wikispaces.com

The art of discovery dari bruner:
1.      Adanya suatu kenaikan berkala di dalam potensi intelektual.
2.      Ganjaran intrinsik lebih ditekankan daripada intrinsik.
    3.      Murid yang mempelajari bagaimana menemukan berarti murid itu menguasai metode discovery learning.
4.      Murid lebilh senang mengingat-ingat informasi .

                                 Sumber:team2developmental.wordpress.com

D.    Konstruktivisme
Kontruktivisme merupakan aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi kita sendiri.Konstruktivisme sebagai aliran filsafat, banyak mempengaruhi konsep ilmu pengetahuan, teori belajar dan pembelajaran. Konstruktivisme menawarkan paradigma baru dalam dunia pembelajaran. Sebagai landasan paradigma pembelajaaran, konstruktivisme menyerukan perlunya partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran, perlunya pengembagan siswa belajar mandiri, dan perlunya siswa memiliki kemampun untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri.
Siswa tidak lagi diposisikan bagaikan bejana kosong yang siap diisi.Dengan sikap pasrah siswa disiapkan untuk dijejali informasi oleh gurunya.Atau siswa dikondisikan sedemikian rupa untuk menerima pengatahuan dari gurunya.Siswa kini diposisikan sebagai mitra belajar guru. Guru bukan satu-satunya pusat informasi dan yang paling tahu. Guru hanya salah satu sumber belajar atau sumber informasi. Sedangkan sumber belajar yang lain bisa teman sebaya, perpustakaan, alam, laboratorium, televisi, koran dan internet.
Bagi aliran konstruktivisme, guru tidak lagi menduduki tempat sebagai pemberi ilmu.Tidak lagi sebagai satu-satunya sumber belajar.Namun guru lebih diposisikan sebagai fasiltator yang memfasilitasi siswa untuk dapat belajar dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri (Hudojo, 1998:5-6).Aliran ini lebih menekankan bagaimana siswa belajar bukan bagaimana guru mengajar.
Dalam perkuliahan teori ini sudah diterapkan, yaitu ketika mahasiswa melakukan praktikum. Mahasiswa diharuskan mencari sumber acuan yang akan di praktikumkan. Konstruktivisme menyerukan perlunya partisipasi aktif dalam proses pembelajaran, perlunya pengembagan belajar mandiri, dan perlu memiliki kemampun untuk mengembangkan pengetahuannya sendiri. Mahasiswa di tuntut untuk belajar sebelum praktikum di mulai, karena bila terjadi kesalahan pada praktikum yang dilakukan akibatnya akan fatal. Praktikan harus mengerti dan paham teori yang nanti akan dipraktikumkan.



                                                     sumber: www.celt.mmu.ac.uk

Implikasi teori belajar dalam proses pembelajaran dan pengajaran
Dari aliran psikologi kognitif, teori Piaget tampak lebih banyak digunakan dalam praktik pendidikan atau proses pembelajar meskipun teori ini bukanlah teori mengajar. Dalam teori Piaget peserta didik harus di bimbing agar aktif menemukan sesuatu yang dipelajarinya, tidak harus berpusat pada guru. Diusahakan agar materi yang diajarkan harus dapat menarik minat anak dan menantang sehingga mereka merasa senang dan akhirnya terlibat dalam proses pembelajaran.Dalam teorinya, Piaget mengemukakan bahwa kemampuan berfikir anak dengan orang dewasa itu berbeda. Artinya urutan bahan pembelajaran harus menjadi perhatian utama. Anak akan sulit memahami bahan pelajaran jika urutan bahan pelajaran itu loncat-loncat. Bagi anak SD pengoperasian suatu penjumlahan harus menggunakan benda-benda nyata, terutama di kelas-kelas awal karena tahap perkembangan berpikir mereka baru mencapai tahap operasi konkret. Contohnya,untuk menjelaskan operasi penjumlahan 4+2 lebih baik guru memperagakannya dengan memperlihatkan 4 benda dan 2 benda. “Empat buah jeruk ini ditambah dengan dua buah jeruk yang itu, berapa jumlahnya anak-anak?”
Dalam proses pembelajaran guru/pendidik harus memperhatikan tahapanperkembangan kognitif peserta didik. Materi harus sesuai dengan tahapanperkembangan kognitif dan harus merangsang kemampuan berpikir mereka.Tahap kemampuan berpikir sensori motorik mengimplikasikan bahwa bagi prosesbelajar harus mencapai kerangka dasar kemampuan berbahasa, hubungan tentang objek, kontrol skema, kerangka berpikir, pembentukan pengertian, dan pengenalan hubungan sebab akibat.Ini berarti bahwa orang tua atau lingkungan harus dapat memberikan rangsangan yang banyak terhadap bayi. Rangsangan tersebut dapat dilakukan dengan cara selalu mengajak bicara pada bayi, membawa jalan-jalan kepada bayi untuk mengenalkan objek yang ada disekelilingnya,memberi keleluasaan gerak, dan memangku bayi dengan posisi kepala selalumenghadap depan. Tahap kemampuan berpikir pra-operasional ditandai dengan berpikir anak yang bersifat egosentrik-simbolik. Implikasi dalam proses belajarnya ialah belajar harus berpusat pada anak karena anak melihat sesuatu berdasarkan dirinya sendiri.Untuk terjadinya proses belajar harus tidak ada proses paksaan agar sifategosentrisnya tidak terbunuh. Oleh karena itu, metode pembelajaran yang paling tepat ialah metode bermain. Metode ini selain tidak mengubur sifat egosentrisanak juga merupakan dunia anak, buktinya anak senang bermain dan ia akrab dengan bermain. Begitu pun penggunaan benda-benda konkret sebagai simbol harus digunakan dalam merangsang pemikiran anak ketika proses belajar berlangsung.

Surat Al-a’alq ayat 1-5:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ {1} خَلَقَ الإِنسَانَ مِنْ عَلَقٍ {2} اقْرَأْ وَرَبُّكَ اْلأَكْرَمُ {3} الَّذِي عَلَّمَ ابِالْقَلَمِ {4} عَلَّمَ اْلإِنسَانَ مَالَمْ يَعْلَمْ {5}  
Artinya :”Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, Bacalah, dan tuhanmu lah yang paling pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahui.


Dan menurut Hadis Rasulullah SAW:
Telah bersabda Rasulullah saw : “Jadilah engkau orang yang berilmu (pandai), atau orangyang belajar, atau orang yang mau mendengarkan ilmu, atau orang yang menyukai ilmu. Dan janganlah engkau menjadi orang yang kelima maka kamu akan celaka (H.R. Baehaqi).

Kandungan hadits Rasulullah di atas agar umat Islam (kaum muslimin) maumenjadi orang yang :
1.      Berilmu (pandai), sehingga dengan ilmu yang dimiliki seorang muslim bisa mengajarkan ilmu yang dimilikinya kepada orang-orang yang ada disekitarnya. Dan dengan demikian kebodohan yang ada dilingkungannya bisa terkikis habis dan berubah menjadi masyarakat yang beradab dan memiliki wawasan yang luas.
2.      Jika tidak bisa menjadi orang pandai yang mengajarkan ilmunya kepada umat manusia, jadilah sebagai orang yang mau belajar dari lingkungan sekitar dan dari orang-orang pandai
3.      Jika tidak bisa menjadi orang yang belajar, jadilah sebagai orang yang mau mendengarkan ilmu pengetahuan. Setidaknya jika kita mau mendengarkan ilmu pengetahun kita bisa mengambil hikmah dari apa yang kita dengar.

4.      Jika menjadi pendengar juga masih tidak bisa, maka jadilah sebagai orang yang menyukai ilmu pengetahun, diantaranya dengan cara membantu dan memuliaka orang-orang yang berilmu, memfasilitasi aktivitas keilmuan seperti menyediakan tempat untuk pelaksanaan pengajian dan lain-lain.
5.      Janganlah menjadi orang yang kelima, yaitu yang tidak berilmu, tidak belajar, tidak mau mendengar, dan tidak menyukai ilmu. Jika diantara kita memilih yang kelima ini akan menjadi orang yang celaka.

Surat Thoha ayat 114:
وَقُل رَّبِّ زِدْنِي عِلْمً                ا
Artinya :”Dan katakanlah (olehmu muhammad),”ya tuhanku, tambahkan kepadaku ilmu pengetahuan.”

             Setelah membaca teori ini bila dihubungkan dengan pembelajaran fisika, teori ini bisa diterapkan pada RPP sebagai berikut:



(RPP)
Nama : Imam Prayoga
Umur: 16 tahun
Kelas  : X/10
Nama sekolah: SMA 70
Mata pelajaran : Fisika
Alokasi waktu : 1 Jam 30 menit
Standar Kompetensi
1.      Menerapkan konsep pengukuran Arus dan Tegangan dalam Fisika.
Kompetensi Dasar
1.1  Menganalisis besaran Fisika pada Hukum Ohm dan kirchoff.
Indikator pencapaian kompetensi
·         Membedakan besaran-besaran fisika terhadap Arus, Tegangan, dan Hambatan.
·         Menunjukan arah loop sesuai dengan hukum II Kirchoff.
·         Menunjukan arah arus menggunakan kaidah tangan kanan.

A.    Tujuan pembelajaran
Psikomotorik peserta didik dapat:
1.      (P5) Mempersiapkan materi yang akan dipelajari mengenai Hukum Ohm dan Kirchoff.
Alasan: Agar siswa terbiasa mandiri mencari bahan materi yang akan dipelajari.
2.      (P2) Mengawali pelajaran dengan Doa
Alasan: Agar ilmu yang telah dipelajari bermanfaat untuk dirinya dan orang lain.
3.      (P3) Menanggapi materi yang disampaikan mengenai pengukuran Arus dan Tegangan.
Alasan: Supaya mengetahui sampai mana pemahaman siswa mengenai materi yang diajarkan.
4.      (P3) Mempraktekan kaidah tangan kanan dalam pengukuran Arus.
Alasan: bisa menentukan arah arus menggunakan kaidah tangan kanan.
5.      (P7) Menyusun rumus-rumus fisika mengenai arus dan tegangan dalam bentuk gambar dan warna.
Alasan: lebih kreatif dan membuat belajar fisika menjadi unik..
Kognitif  peserta didik dapat:
1.      (C1) memberikan definisi tentang Arus, Tegangan dan Hambatan.
Alasan: Agar siswa dapat memahami Arti kata dalam pelajaran Fisika.
2.      (C3) menunjukan arah loop sesuai dengan hukum II kirchoff.
Alasan: agar dapat memperhitungkan teori tentang hukum II kirchoff.
3.      (C3) menunjukan arah arus menggunakan kaidah tangan kanan.
Alasan: agar siswa memahami materi tentang arus dalam pelajaran fisika.
4.      (C2) menerangkan kembali tentang hukum Ohm dan Kirchoff.
Alasan: mengetahui seberapa jauh pemahaman tentang materi yang diajarkan.
5.      (C5) Merangkaikan hambatan secara seri dan parallel dalam praktikum.
Alasan: Agar dapat mengaplikasikan teori yang telah di pelajari dengan prakteknya.

 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar