INTERFERENSI
A.
Pengertian Interferensi
Interferensi cahaya
merupakan interaksi dua atau lebih gelombang cahaya yang menghasilkan suatu
radiasi yang menyimpang dari jumlah masing-masing komponen radiasi
gelombangnya. Atau dapat dikatakan sebagai perpaduan dari dua gelombang cahaya yang
datang bersama di suatu tempat. Interferensi cahaya menghasilkan suatu pola
interferensi (terang-gelap).[1]
Interferensi (interference) mengacu pada
setiap situasi dimana dua atau lebih gelombang tumpang tindih dalam ruang. Bila
ini terjadi, gelombang total di sembarang titik pada sembarang saat ditentukan
oleh prinsip superposisi (principle of superposition).[2]
Efek interferensi paling mudah dilihat
bila kita menggabungkan gelombang – gelombang sinusoidal dengan frekuensi
tunggal f dan panjang gelombang λ. Dalam optika, gelombang
sinusoidal adalah karakteristik dari cahaya monokromatik (cahaya tunggal).[3]
B. Syarat – syarat interferensi
1.
Perbedaan dan Kehoresi fase
Apabila dua
gelombang harmonik yang berfrekuensi dan panjang gelombang sama tetapi berbeda
fase bergabung, gelombang yang dihasilkan merupakan gelombang harmonik yang
amplitudonya tergantung pada perbedaan fasenya. Jika perbedaan fase 0 atau
bilangan bulat kelipatan 360°, gelombang akan sefase dan berinterferensi secara
saling menguatkan. Amplitudonya sama dengan penjumlahan amplitudo
masing-masing, dan intensitasnya (yang sebanding dengan kuadrat amplitudo) akan
maksimum.
Jika perbedaan fasenya 180° (π radian) atau
bilangan ganjil kali 180°, gelombangnya akan berbeda fase dan berinterferensi
secara saling melemahkan. Amplitudo yang dihasilkan dengan demikian merupakan
perbedaan amplitudo masing-masing, dan intesitasnya menjadi minimum. Jika
amplitudonya sama, intensitas maksimum sama dengan 4 kali intensitas sumbernya
dan intensitas minimum sama dengan nol.
Perbedaan fase
antara dua gelombang sering disebabkan oleh perbedaan panjang lintasan yang
ditempuh oleh kedua gelombang. Perbedaan lintasan satu panjang gelombang
menghasilkan perbedaan fase 360°, yang ekuivalen dengan tidak ada perbedaan
fase sama sekali. Perbedaan lintasan setengah panjang gelombang menghasilkan
perbedaan fase 180°. Umumnya, perbedaan lintasan yang sama dengan ∆r menyumbang
suatu perbedaan fase δ yang diberikan oleh:
δ = ∆r 2 π / λ = ∆r 360°/λ…..(1)
Interferensi gelombang dari dua sumber tidak teramati kecuali
sumbernya koheren, yakni kecuali perbedaan fase diantara gelombang konstan
terhadap waktu. Karena berkas cahaya pada umumnya adalah hasil dari jutaan atom
yang memancar secara bebas, dua sumber cahaya bisanya tidak koheren. Memang,
perbedaan fase antara gelombamg dari sumber demikian berfluktuasi secara acak
beberapa kali perdetik. Koherensi dalam optik sering dicapai dengan membagi
cahaya dari sumber tunggal menjadi dia berkas atau lebih, yang kemudian dapat
digabungkan untuk menghasilkan pola interferensi.[4]
Analisa penurunan persamaan
dan
Intensitas
untuk berkas-berkas cahaya koheren dapat
diperoleh dengan (1) menjumlahkan ampitudo masing-masing gelombang secara
vektor dengan memperhitungkan beda fase (konstan) didalamnya, dan kemudian (2)
menguadratkan amplitudo resultannya; hasil ini sebanding dengan intensitas
resultan. Sebaliknya, unntuk berkas-berkas yang sama sekali koheren, (1) masing-masing amplitudo
dikuadratkan dahulu dan diperoleh besaran yang sebanding dengan intensitas
masing-masing berkas, baru kemudian (2) intensitas masing-masing berkas
dijumlahkan untuk memperoleh intensitas resultan.[5]
C.
Fenomena
Interferensi
1.
Interferensi Celah
Ganda
a)
Intensitas Dalam Percobaan
Young.
Misal komponen
listrik kdua gelombang dalam Gambar 2.1 dititik P berubah-ubah terhadap waktu
menurut
dan
dengan
dengan frekuensi sudut kedua gelombang dan ϕ adalah beda fase antara keduanya. Perlu diingat bahwa ϕ bergantung kepada letak titik P.[1]
dengan frekuensi sudut kedua gelombang dan ϕ adalah beda fase antara keduanya. Perlu diingat bahwa ϕ bergantung kepada letak titik P.[1]
Untuk suatu
keadaan geometri tertentu letak titik ini ditentukan oleh sudut θ. Dianggap
bahwa celah tersebut sangatlah sempit cahaya yang didifraksikan oleh
masing-masing celah menerangi bagian tengah layar secara merata. Hal ini berati
bahwa didekat bagian tengah layar tidak bergantung
kepada posisi P, jadi tidak bergantung kepada sudut θ.
Resultan gangguan gelombang di P dapat diperoleh dari.
Yang dapat ditunjukan bahwa hasilnya adalah
dengan
dan
Amplitudo terbesar
yang mungkin untuk , yaitu , sama ddengan dua kali amplitudo masing-masing gelombang
, yaitu bersesuaian dengan keadaan yang saling menguatkan sepenuhnya. Persamaan 15 perlu dikaji baik-baik; amplitudo gangguan gelombang resultan, yaitu , sangatlah bergantung kepada harga θ, yaitu letak titik P.
, yaitu bersesuaian dengan keadaan yang saling menguatkan sepenuhnya. Persamaan 15 perlu dikaji baik-baik; amplitudo gangguan gelombang resultan, yaitu , sangatlah bergantung kepada harga θ, yaitu letak titik P.
Intensitas
gelombang I, mungkin dinyatakan dalam watt/meter2, adalah sebanding
dengan kuadrat dari amplitudo. Bila kita tunda dahulu konstanta
perbandingannya, maka intensitas gelombang resultaan dapat dituliskan sebagai
Hubungan ini
nampaknya cukup beralasan mengingat bahwa rapat energi medan listrik sebanding
dengan kuadrat dari kuat medan listrik, yang berlaku baik untuk emdan listrik
yang berubah dengan kuadrat dengan cepat, seperti dalam cahaya, maupn untuk
medan statik.
Perbandingan
intiensitas antara dua gelombang cahaya sama dengan perbandingan kuadrat
amplitudo kuat medan listriknya. Jika adalah intensitas
gelombang resultan dititik P dan adalah intensitas
yang dihasilkan oleh sebuah gelombang saja, maka [7]
Gabungkan persamaan ini dengan persamaan
maka diperoleh
Jadi intensitas gelombang resultan dititik P berkisar antara
nol (yaitu untuk titik yang memiliki, katakanlah, sampai dengan yang besarnya empat kali intensitas masing-masing
gelombang, [yaitu untuk titik dengan, katakanlah, dapat dihitung fungsi θ.
Beda fase ϕ dalam persamaan berkaitan dengan
lintasan S1b dalam gambar 2.1 atau 4.1.a.
Gambar 4.1.a
Jika S1b adalah akan sama dengan jika S1b adalah
λ, maka ϕ sama dengan dan seterusnya. Hal ini memberi petunjuk bahwa
Atau akhirnya, dengan menggunakan persamaan, diperoleh
Pernyataan untuk ini dapat
disubstitusikan kedalam persamaan 18 untuk Iθ
dinyatakan sebagai fungsi θ. Ada baiknya kita daftarkan kembali pernyataan
untuk amplitudo dan intensitas dalam persoalan interferensi dengan dua celah
ini, yaitu
Untuk
memperoleh letak titik-titik dengan intensitas maksimum, kita ambil
Letak intensitas minimum dapat diperoleh dengan mengambil
Gambar 4.2.a menunjukan pola intensitas untuk interferensi
dua celah
Gambar
4.2.a Pola intensitas untuk interferensi dua celah. Anak panah tabel pada
puncak sentral menunjukkan setengah lebar puncak. Gambar ini dibentuk
berdasarkan anggapan bahwa dua gelombang yang berinterferensi masing-masing
menyinari bagian tengah layar secara merata, maksudnya, I0 tidak
bergantung kepada posisi ditunjukkan pada gambar.
Garis penuh mendatar menyatakan I0, yang
menggambarkan pola intensitas (yang merata) pada layar jika salah satu celah
ditutup. Jika kedua sumber inkoheren, intensitas resultan pada layar akan
merata sebesar 2I0; lihat garis putus-putus meatar dalam Gambar 4.2.a. Untuk sumber-sumber yang koheren dapat
diharapkan hanya terjadi penyusupan kembali penyebaran intensitas pada layar,
karena energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan oleh proses interferensi.
Jadi rata-ratadari intensitas pola interfernsi harus tetap 2I0
seperti pada sumber inkoheren, hal ini tampak dengan mudah bila diingat bahwa Im=4I0
dan bahwa rata-rata dari cosinus kuadrat (atau sinus kuadrat) untuk tiap
setengah putaran adalah setengah.[9]
2. Interferensi Selaput
Tipis
Warna-warni yang tampak pada gelembung sabun, lapisan tipis
minyak dan selaput tipis lainnya adalah akibat adanya peristiwa interferensi.
Gambar 4.2.1 memperlihatkan gejala interferensi pada selaput tipis air-sabun
yang diletakkan vertikal dan disinari—oleh cahaya monokhroamatik.[10]
Gambar 4.2.1
Gelombang cahaya di refleksikan dari permukaan – permukaan yang
berlawanan dari film tipis seperti itu, dan interferensi konstruktif diantara
kedua gelombang yang direfleksikan itu (dengan panjang lintasan yang berbeda)
terjadi di tempat yang berbeda untuk panjang gelombang yang berbeda.
gambar 4.2.2
Gambar
4.2.2
Cahaya yang menyinari permukaan sebelah atas dari sebuah film tipis
dengan tebal t sebagian direfleksikan di permukaan sebelah atas (lintasan abc).
Cahaya yang di transmisikan melalui permukaan sebelah atas sebagian
direfleksikan di permukaan sebelah bawah (lintasan abdef). Kedua gelombang yang
di refleksikan itu berkumpul di titik P pada retina mata. Kedua gelombang itu
dapat secara konstruktif atau secara destruktif, tergantung dari hubungan fasa
itu. Warna – warna yang berbeda mempunyai panjang gelombang yang berbeda pula,
sehingga interferensi itu dapat konstruktif untuk beberapa warna dan destruktif
untuk warna lainnya. Bentuk – bentuk yang rumit dari cincin – cincin berwarna
dalam gambar 4.2.3 dihasilkan dari perubahan
ketebalan film minyak itu. Gambar 4.2.3
Gambar
4.2.4
Memperlihatkan
dua pelat kaca yang dipisahkan oleh sebuah lapisan tipis, atau film udara.
Dalam kasus tersebut kedua gelombang yang direfleksikan pada garis persentuhan
itu berbeda fasa setengah sklus walaupun
kedua gelombang itu mempunyai panjang lintasan yang sama.
Ternyata pergeseran fasa ini dapat
diramalkan dari persamaan Maxwell dan sifat elektromagnetik dari cahaya. Misalnya
sebuah gelombang cahaya dengan amplitudo medan listrik Ei berjalan dalam sebuah
material optic dengan indeks refraksi na. Gelombang cahaya itu
menumbuk, dalam arah masuk normal, sebuah antarmuka dengan material optis lain
dengan indeks refraksi nb. Amplitudo Er dari gelombang yang direfleksikan dari
antarmuka itu sebanding dengan amplitudo Ei dari gelombang yang masuk dan
diberikan oleh,
(arah masuk normal)
Hasil
ini memperlihatkan bahwa amplitudo masuk dan amplitudo yang direfleksikan
mempunyai tanda sama bila na lebih besar dari nb dan berlawanan tanda bila nb
lebih besar dari na, kita dapat membedakan tiga kasus, seperti yang diperlihatkan
dalam gambar 4.2.5.
Gambar 4.2.5
Untuk gelombang yang direfleksikan dari permukaan sebelah atas
lapisan udara, na (kaca) lebih besar dari nb, sehingga gelombang ini mempunyai
pergeseran fasa sebesar nol. Untuk gelombang yang direfleksikan dari permukaan
sebelah bawah, na (udara) lebih kecil daripada nb (kaca), sehingga gelombang
yang direfleksikan dari garis persentuhan tidak mempunyai selisih lintasan
untuk memberikan pergeseran fasa tambahan dan gelombang – gelombang itu
berinterferensi secara deskruktif.
Jika film itu mempunyai tebal t,
cahaya masuk dalam arah normal dan dengan panjang gelombang λ dalam film itu; jika tidak ada satu pun dari gelombang – gelombang
itu atau jika kedua gelombang yang direfleksikan dari kedua permukaan itu
mempunyai pergeseran fasa refleksi sebesar setengah siklus, maka syarat untuk
interferensi konstruktif adalah:
2t = mλ (m = 0, 1, 2,…)
(refleksi konstruktif
dari film tipis, tidak ada pergeseran fasa relative)
Akan
tetapi, bila satu dari kedua gelombang
itu mempunyai pergeseran fasa refleksi sebesar setengah siklus, persamaan ini
adalah syarat untuk interferensi destruktif.
Demikian juga, jika tidak satupun dari gelombang – gelombang atau
jika keduanya mempunyai pergeseran fasa setengan siklus, maka syarat untuk
interferensi destruktif dalam gelombang – gelombang yang direfleksikan itu
adalah
(refleksi destruktif dari film tipis, tidak ada pergeseran
fasa relative)
Akan tetapi jika satu gelombang
mempunyai pergeseran fasa setengah siklus, maka inilah syarat untuk
interferensi konstruktif.[11]
3. Cincin Newton
Jika permukaan cembung sebuah lensa diletakkan
menempel di atas bidang datar sebuah pelat gelas, seperti dalam gambar 4.3.1, maka terbentuklah sebuah lapisan udara
tipis antata kedua permukaan itu.
Gambar 4.3.1
Tebal lapisan
udara ini sangat kecil di titik kontak antara lensa dan pelat gelas itu, makin
keluar berangsur-angsur tebalnya bertambah. Tempat kedudukan titik-titik dengan
tebal yang sama ialah lingkaran-lingkaran yang sepusat dengan titik kontak.
Lapisan yang demikian dipergunakan untuk memperlihatkan warna-warna interferensi,
yang dihasilkan dengan cara yang sama seperti warna-warna dalam lapisan tipis
sabun. Pita-pita interferensi adalah berbentuk lingkaran, yang sepusat dengan
titik kontak. Bila dilihat dari cahaya pantul. Pusat pola itu adalah hitam,
seperti halnya lapisan tipis sabun. Dapat dicatat bahwa dalam hal ini tidak ada pembalikan fase
cahaya pantul dari permukaan lapisan atas. (Yang mempunyai index bias lebih
kecil dari pada medium tpay cahaya itu merambat selebum dipantulkan), tapi fase
gelombang yang dipantulkan dari permukaan bawah dibalikkan. Bila dilihat dari
cahaya yang dihantarkan maka pusat pola adalah terang. Jika dipakai cahaya
putih maka warna cahaya yang dipantulkan dari lapisan itu pada suatu titik
adalah komponen terhadap warna yang diteruskan.[12]
Warna – warna yang tampak dan
dapat dilihat disebut cincin – cincin. Cincin – cincin ini telah dipelajari
oleh Newton dan dinamakan cincin Newton.
Bila memandang susunan itu melalui cahaya yang direfleksikan, maka pusat
pola itu kelihatan berwarna hitam.
Gambar 4.3.1 adalah sebuah potret
yang dibuat selama pengasahan sebuah lensa objektif teleskop. Cakram
yang lebih tebal disebelah bawah yang berdiameter lebih besar, adalah cakram
induk yang dibentuk secara benar, dan cakram yang lebih kecil di sebelah atas
adalah lensa yang sedang di uji. “garis = garis bentuk (counter line)” itu
adalah pita – pita interferensi Newton; setiap pita itu menunjukkan sebuah
jarak tambahan diantara bahan contoh dan induk
sebesar setengah panjang gelombang. Pada 10 garis dari noda pusat, jarak
antara kedua permukaan itu adalah 5 panjang gelombang, atau kira – kira 0,003
mm. Ini belum dikatakan sangat baik; lensa berkualitas tinggi diasah secara
rutin dengan ketelitian sebesar kurang dari satu panjang gelombang.[13]
DARTAR PUSTAKA
Haliday,
David.1978. Fisika Edisi ke 3 Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.
Hugh D. Young dan
Roger A. Freedman. 2004. Fisika Universitas edisi kesepuluh jilid 2.
Jakarta
Sears, Francis Weaston dan Mark W
zemanasky. 1962. Fisika untuk Universitas III”. Jakarta: Binacipta
http://phys.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2009/03/BAB4-INTERFERENSI-CAHAYA.pdf
[2] Hugh D. Young dan
Roger A. Freedman. 2004. Fisika
Universitas edisi kesepuluh jilid 2. Jakarta. Hal 587
[3] Hugh D. Young dan
Roger A. Freedman. 2004 Fisika Universitas edisi kesepuluh jilid 2. Jakarta.. Hal
588
[4] Sears, Francis
Weaston dan Mark W zemanasky. 1962 Fisika untuk Universitas III”.
Jakarta.. Hal 859-863
[5] David Haliday.1978.
Fisika Edisi ke 3 Jilid 2. Penerbit: Erlangga. Jakarta. hal:695
[6]David Haliday.1978.
Fisika Edisi ke 3 Jilid 2. Penerbit: Erlangga. Jakarta. hal:699
Tidak ada komentar:
Posting Komentar